Tulisan ini berisi tentang berbagai kisah dan pengamatan yang saya lihat
mengenai korupsi, dan berikut ulasannya:
1.
Guruku
Merampas Uang Sakuku
Maaf, sebenarnya kisah ini
tidak pantas untuk di terbitkan, tapi ya gak apa-apa dech untuk berbagi cerita
gitu.. hehehe.. Dulu ketika aku masih duduk di bangku SD kelas 1 tahun 1998
uang sakuku Rp. 100,-, kelas 2 uang sakuku Rp. 200,-, kelas 3 uang sakuku Rp.
300,-, kelas 4 uang sakuku Rp. 400,-, kelas 5 uang sakuku Rp. 500,-, kelas 6 uang
sakuku sama seperti kelas 5 yaitu Rp. 500,-. Namun, uang sakuku tersebut tidak
100% aku nikmati, aku hanya menikmati 60% sajasedangkan yang 40% nya di ambil paksa
sama guruku.
Setiap pagi hari guruku menodong dan memaksa semua siswa untuk
membeli jajanya. Jajan yang di jual adalah kerupuk ketela berwarna merah yang
dikemas dalam plastik yang isinya sangat sedikit. Selain kerupuk jajan yang dijual
adalah pastel kecil, permen dan es lilin. Banyak anak-anak yang tidak suka
dengan jajan yang beliau jual karena isi jajanya sedikit dan tidak menarik, bahkan
biasanya aku dan temanku sering membayar tapi tidak mengambil jajan. Beliau
adalah seorang guru PAI, beliau selau marah dan mengancam kalau tidak mau
membeli jajanya maka nilai mata pelajaran agamanya akan diberi nilai jelek. Banyak
orang tua dari siswa datang ke sekolah protes, namun sampai sekarang sekitar 20
tahun lebih kegiatan beliau masih bisa aktif dijalankan.
2.
Pak
Polisi Lalu Lintas
Ketika aku telah menyelesaikan
pendidikan MTs, prinsipku aku ingin melanjutkan ke Aliyah, dan ternyata
sekolahanya ada di luar kabupaten tempat tinggalku. Aku melanjutkan sekolah di
MAN Kediri 1, jarak lokasi sekolah dan tempat tinggalku sekitar 10 km. Biasanya
ketika berangkat dan pulang sekolah aku naik bus dan kadang-kadang naik sepeda
pancal. Ketika kelas 12 aku memberanikan diri untuk naik motor, karena lebih
efesien dan hemat. Selama naik motor aku belum mempunyai SIM, aku sering
bertemu dengan operasi lalu lintas, tapi Alhamdulillah aku tidak pernah kena
razia karena bisa meloloskan diri.
Diwaktu aku menempuh
pendidikan di perguruan tinggi aku sudah punya SIM. Ketika ku berangkat kuliah
di pertengahan jalan tiba-tiba ada operasi lalu lintas besar-besaran. Semua
perlengkapan kendaraanku sudah lengkap, seperi spion, helm, STNK, dan SIM ada.
Namun, aku kena tilang karena lampu depan sepeda motorku tidak ku nyalakan. Aku
mencoba berontak, namun polisi tersebut tetap menilangku. Polisi tersebut
menawarkan mau bayar langsung ditempat atau lewat jalur sidang, saya memilih
untuk lewat jalur sidang. Seminggu kemudian aku berangkat ke kantor pengandilan
di Nganjuk untuk menjalankan sidang, ku berangkat sendirian karena bapak ku
sedang di sawah dan ibuku repot. Sampai di tempat di pintu awal ada seorang
bapak bertanya padaku dan langsung menawarkan untuk lewat jalur cepat. Aku
bingung dengan sistemnya, kemudian aku menolak permintaan bapak tersebut. Aku
memilih mengantre untuk disidang, di sela-sela antrean yang banyak ada informasi di
speaker tentang denda yang haru dibayar sesuai pelanggaran yang telah
dilakukan. Ketika ku sedang memasuki ruang sidang, ternyata bayar dendanya
tidak sesuai dengan yang diiformasikan lewat speaker, dendanya di tambah tambah
lagi Rp. 2000,-.
Banyak kisah polisi salam tempel dengan orang
yang melanggar lalu lintas yang pernah kujumpai, karena ceritanya sangat
panjang dan membutuhkan waktu yang lama untuk menulisnya jadi belum sempat ku
tulis. Pesan buat Pak Polisi: “Bekerjalah secara jujur, adil, dan ramah. Jangan mau atau meminta salam
tempel dari orang yang kena tilang ya... Nafkailah keluarga anda dengan uang
halal ”
3.
Parkir
di Taman Rekreasi
Taman rekreasi merupakan
tempat wisata yang digemari adiku yang berumur 5 tahun. Ketika hari Minggu,
adik menangis meminta untuk dianter ke Taman Rekreasi. Waktu memasuki tempat
parkir, ada tukang parkir menarik uang parkir Rp. 2000,-, aku langsung
menyangkal karena biasanya Rp. 1.000,-, tukang parkirnya pun marah, dan bilang
kalau hari Libur tarifnya beda. Aku pasrah dan kemudian menuju ke loket
pembayaran masuk. Aku pun terkejut lagi, ketika melihat tulisan biaya masuk
lokasi tertulis diatas kertas yang menutupi
label tulisan asli biaya masuk yang ditulis secara permanen.
Di hari lain dan di
tempat yang sama juga ketika parkir aku ditarik Rp. 1500,- dengan seorang
lelaki tidak memakai seragam. Aku sempat membaca didepan di tulis undang-undang
tentang biaya parkir, waktu itu biayanya adalah Rp. 1000,-. Setelah aku duduk-duduk dan melakukan pengamatan, ternyata yang
menarik biaya parkir tadi adalah pendagang Pentol, sementara petugas parkirnya
duduk leyeh-leyeh...
4.
Anak
Korupsi Biaya pendidikan
Aku berasal dari keluarga yang berkecukupan, bapaku seorang petani
dan ibuku seorang pedagang sayur di pasar. Betapa besar perjuangan kedua orang
tuaku untuk menyekolahkan anak-anaknya. Betapa besar juga perjuanganku untuk
menuntut ilmu dengan uang saku pas-pasan dan bahkan tidak mendapatkan uang
saku. Di masa MTs aku juga pernah mengayuh sepedah dengan jarak 25 km pulang
pergi.
Alhamdulillah aku bisa melanjutkan kuliah dengan doa dan jerih
payah kedua orang tuaku. Aku melihat penampilan temanku menarik dan bajunya
bagus-bagus. Sementara aku berpenampilan apa adanya, dan baju yang aku buat
kuliah hanya itu-itu saja. Bagiku penampilan yang bagus itu adalah yang sopan
dan rapi. Ternyata banyak juga temanku yang korupsi uang orang tuanya. Mereka
meminta uang biaya kuliah yang lebih, biasanya dengan mengetik sendiri rincian
biaya kuliah yang tidak sesuai dengan rincian biaya dari kampus kemudian
lembaran hasil ketikan itu diserahkan kepada orang tuanya. Hasil korupsi dari orang tuanya itu biasanya digunakan untuk
shophing dan makan-makan.
Waktu ku kelompokan mengerjakan tugas dirumah temanku, aku sudah
dibilangin kalau ditanya ibunya tentang bayar kuliah suruh bilang bayarnya 2
juta, padahal waktu itu bayarnya hanya 1 juta seratus ribu saja. Dan ternyata
benar, ibunya bertanya kepadaku tentang biaya kuliah, aku pun tidak bisa
menjawab, aku hanya bisa tersenyum dan tak bisa berkata..
5.
Botoan
Botoan merupakan tradisi yang sering dilakukan sebagian orang ketika
ada pilihan pamong, lurah atau pun bupati. Tempat perhitungan suara selalu
ramai dengan orang yang tidak aku kenal. Ternyata orang tersebut dari luar
daerah yang melakukan botoan didaerahku ketika pilihan kepala desa dulu. Botoan
adalah taruhan tentang jagoan(calon kepala desa) yang mereka dukung. Bla
jagoanya menang maka dia akan mendapatkan uang begitupun sebaliknya bila
jagoanya kalah maka dia akan kehilangan uang.
Sistemnya seperti ini, orang yang taruhan itu menyuruh orang untuk
menyebar amplop ke seluruh masyarakat yang akan memilih. Amlopnya itu berisi
uang dan tulisan atas nama si jagoanya. Jadi intinya yang mengirim uang ke
masyarakat itu bukan langsung dari calon pemimpinya tetapi dari orang yang
taruhan. Banyak masyrakat yang tergiur dengan amplop yang isinya banyak.
Masyarakat akan memilih sesuai dengan isi amplop yang banyak, masyarakat pun
juga mendapat ancaman jika jagoanya orang yang taruhan tadi kalah maka uang
yang ada di amplop itu di ambil lagi sama orang yang ikut taruhan tadi.
Kejadian suap-menyuap tentan pemilihan Pemimpin ini banyak dan
sering terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia. Aku pun juga pernah di kasih
amplop sama calon pemimpinya langsung, mau nolak juga gak enak takut yang
ngasih kecewa dan sakit hati ya jadinya aku terima.. hehehe. Tapi aku tidak
berani membelikan makanan biasanya aku belikan barang. Dan aku niati bukan uang
suapan tapi sedekah dari si calon tadi, saat memilih aku pun memilih bukan
karena uang tapi karena naluri dari hatiku....
Baca juga informasi yang bermanfaat tersedia di:
Website resmi Nahdlatul Ulama www.nu.or.id
Media Muslim Terbaik www.muslimedianews.com
Media dakwah Islam terdepan www.cyberdakwah.com
Info & belajar Islam terkini www.islam-institute.com
Searh Engine Islam Tepercaya www.aswajanu.com
Media dakwah Islam terdepan www.cyberdakwah.com
Info & belajar Islam terkini www.islam-institute.com
Searh Engine Islam Tepercaya www.aswajanu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar