Rabu, 04 Desember 2013

Pencegahan Budaya Korupsi


Aku sangat kecewa melihat kejadian hukum di Indonesia yang tidak adil dan ruwet. Banyak berbagai kasus pejabat korupsi yang terjadi di tanah air. Anehnya, sanksi bagi koruptor tidak membuat jera bagi mereka, justru kasus korupsi semakin hari semakin meningkat dan merajalela. Mereka pejabat kaya banyak yang mendapatkan potongan tahanan, sementara banyak berbagi kisah rakyat miskin yang hanya mencuri barang sepele tapi mendapatkan hukuman yang berat. Berikut ini adalah merupakan uraian gagasan dari pemikaranku untuk pencegahan budaya korupsi.
  • Peranan Guru
Seorang Presiden pasti pernah sekolah dan yang mengajar adalah guru, Pejabat pasti pernah sekolah dan yang mengajar adalah guru, guru pasti pernah sekolah dan yang mengajar adalah guru, polisi pasti pernah sekolah dan yang mengajar adalah guru juga. Seseorang yang pekerjaanya apa pun dan dimanapun mayoritas pasti pernah menempuh pendidikan di bangku sekolah.  Seorang yang melakukan korupsi juga pernah sekolah dan di ajar oleh guru. Disinilah peran guru yang di butuhkan untuk menanamkan sifat jujur, adil, dan berbagai sifat terpuji kepada siswanya.
Guru seharusnya tidak hanya mengajar siswa, tapi harus mendidik siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.  Maksudnya mendidik adalah guru tidak hanya memberikan materi pelajaran saja, akan tetapi harus memberikan pendidikan moral juga. Selama aku sekolah aku pernah mengamati banyak juga guru yang tidak serius dalam memberikan materi apalagi memberikan pendidikan moral. Bahkan ada guru yang mempunyai perilaku tidak terpuji dan diketahui oleh siswanya. Perilaku yang pernah aku ketahui adalah guru selingkuh sampai tersebar di media masa, guru menjahili anak perempuan yang cantik (beruntung ku tidak begitu cantik di mata guru itu, jadi ku tidak pernah digodai), guru yang tidak adil dalam memberikan nilai, guru merokok ketika mengajar, guru malas mengajar, guru telat dan jarang masuk untuk mengajar, guru mencela siswa, dan banyak juga aku menjupai guru yang tidak begitu menguasai materi. akan tetapi aku bersyukur, banyak juga guru yang telah berhasil memberikan ilmu dan membimbingku ke jalan yang benar.
Berdasarkan kejadian yang aku amati siswa SD itu pemikiranya masih sempit tapi akhlaknya masih terjaga. Mereka di waktu sore semangat untuk sekolah di TPQ, namun setelah lulus SD mereka sudah malu untuk pergi ke TPQ. Semakin tinggi jejang pendidikan yang ditempuh oleh anak maka daya pemikiranyapun semakin  luas, akan tetapi akhlaknya semakin rusak. Beruntunglah bagi mereka yang bisa menjaga aklaknya, namun sangat kasihan bagi mereka yang sudah terjebak dalam lingkungan yang buruk.
Kegiatan Ujian Nasional di Indonesia banyak diwarnai dengan berbagai kecurangan. Tahun 2013 pemerintah mengadakan UNAS yang sangat ketat dan sistemnya di buat 20 paket, lantas apakah siswa benar-benar bisa mengerjakan soal dengan hasil pemikiranya sendiri??? Tidak,,,! aku mengetahui dari cerita muridku di LBB banyak anak-anak yang membeli kunci jawaban dengan harga 1 juta rupiah, terus darimanakah kunci jawaban itu bisa menyebar dan bagaimanakah sistem keamananya???  Wallohualam bisshowwab.. Menurutku UNAS itu tidak perlu dilakukan dech, karena banyak anak yang takut tidak lulus sehingga mereka menghalalkan berbagai macam cara agar bisa lulus dan secara tidak langsung sifat tidak jujur akan tertanam pada diri siswa.
Saya sering menjumpai kegiatan seperti mencontek dan ngerpek yang tejadi dikalangan para pelajar. Kegiatan mencontek pasti terjadi dan banyak siswa yang melakukannya dan banyak guru juga yang tidak mengetahui keahlian siswa dalam menyontek. Ketika di SD, MTs, dan MAN aku jarang dan bahkan tidak pernah yang namanyan mencontek, tapi di bangku kuliah sekarang aku.... aku.... aku... aku kadang-kadang mencontek juga, ups...! ketahuan juga hehehe.... maaf lagi kepepet (Jadwalku sangat padat sampai tidak sempat belajar)~..... So Ayo....! Pesanku buat guru-guru, didiklah siswa dengan ilmu yang bermanfaat, tuntunlah mereka untuk selalu beribadah kepada Alloh, dan tanamkanlah sifat terpuji pada hati dan diri siswa, sehingga siswa akan enggan untuk melakukan perbuatan tercela... Semangat untuk aku juga sebagai calon seorang guru.. Amiin.... hehehe
                                                                                       
  • Sanksi Tegas dan Menguntungkan
    Berdasrkan informasi di TV yang aku liha, di Indonesia ada prokontra mengenai hukuman bagi koruptor, yakni hukuman mati. Aku mempunyai pendapat, bahwa hukuman mati bagi koruptor itu tidak efesien. Hukuman mati justru mengenakan si koruptor, bagiku koruptor itu harus mendapatkan siksaan dulu, maksudnya diberikan sanksi tegas. Misalnya, ada pejabat yang korupsi uang negara sebanyak 1 Triliun, maka dia harus mengembalikan uang 1 Triliun itu kepada negara. Semua harta benda si koruptor harus diambil sampai koruptor benar-benar miskin (terserah bagaimana nasib suami atau istri, salah sendiri korupsi). Selain itu koruptor harus merasakan pekerjaan rakyat pekerja berat, biar koruptor bisa merasakan susahnya mencari uang yang mereka ambil ntu. Hasil jerih payah kerja koruptor juga harus diserahkan kepada masyarakat miskin. Hehehe, tu angan-angan di benakku...

     
    Baca juga informasi yang bermanfaat tersedia di:
    Website resmi Nahdlatul Ulama www.nu.or.id
    Media Muslim Terbaik www.muslimedianews.com
    Media dakwah Islam terdepan www.cyberdakwah.com
    Info & belajar Islam terkini www.islam-institute.com
    Searh Engine Islam Tepercaya www.aswajanu.com

Kisah Nyata tentang Korupsi


Tulisan ini berisi tentang berbagai kisah dan pengamatan yang saya lihat mengenai korupsi, dan berikut ulasannya:
1.      Guruku Merampas Uang Sakuku
 Maaf, sebenarnya kisah ini tidak pantas untuk di terbitkan, tapi ya gak apa-apa dech untuk berbagi cerita gitu.. hehehe.. Dulu ketika aku masih duduk di bangku SD kelas 1 tahun 1998 uang sakuku Rp. 100,-, kelas 2 uang sakuku Rp. 200,-, kelas 3 uang sakuku Rp. 300,-, kelas 4 uang sakuku Rp. 400,-, kelas 5 uang sakuku Rp. 500,-, kelas 6 uang sakuku sama seperti kelas 5 yaitu Rp. 500,-. Namun, uang sakuku tersebut tidak 100% aku nikmati, aku hanya menikmati 60% sajasedangkan yang 40% nya di ambil paksa sama guruku.
Setiap pagi hari guruku menodong dan memaksa semua siswa untuk membeli jajanya. Jajan yang di jual adalah kerupuk ketela berwarna merah yang dikemas dalam plastik yang isinya sangat sedikit. Selain kerupuk jajan yang dijual adalah pastel kecil, permen dan es lilin. Banyak anak-anak yang tidak suka dengan jajan yang beliau jual karena isi jajanya sedikit dan tidak menarik, bahkan biasanya aku dan temanku sering membayar tapi tidak mengambil jajan. Beliau adalah seorang guru PAI, beliau selau marah dan mengancam kalau tidak mau membeli jajanya maka nilai mata pelajaran agamanya akan diberi nilai jelek. Banyak orang tua dari siswa datang ke sekolah protes, namun sampai sekarang sekitar 20 tahun lebih kegiatan beliau masih bisa aktif dijalankan.

2.      Pak Polisi Lalu Lintas
  Ketika aku telah menyelesaikan pendidikan MTs, prinsipku aku ingin melanjutkan ke Aliyah, dan ternyata sekolahanya ada di luar kabupaten tempat tinggalku. Aku melanjutkan sekolah di MAN Kediri 1, jarak lokasi sekolah dan tempat tinggalku sekitar 10 km. Biasanya ketika berangkat dan pulang sekolah aku naik bus dan kadang-kadang naik sepeda pancal. Ketika kelas 12 aku memberanikan diri untuk naik motor, karena lebih efesien dan hemat. Selama naik motor aku belum mempunyai SIM, aku sering bertemu dengan operasi lalu lintas, tapi Alhamdulillah aku tidak pernah kena razia karena bisa meloloskan diri.
     Diwaktu aku menempuh pendidikan di perguruan tinggi aku sudah punya SIM. Ketika ku berangkat kuliah di pertengahan jalan tiba-tiba ada operasi lalu lintas besar-besaran. Semua perlengkapan kendaraanku sudah lengkap, seperi spion, helm, STNK, dan SIM ada. Namun, aku kena tilang karena lampu depan sepeda motorku tidak ku nyalakan. Aku mencoba berontak, namun polisi tersebut tetap menilangku. Polisi tersebut menawarkan mau bayar langsung ditempat atau lewat jalur sidang, saya memilih untuk lewat jalur sidang. Seminggu kemudian aku berangkat ke kantor pengandilan di Nganjuk untuk menjalankan sidang, ku berangkat sendirian karena bapak ku sedang di sawah dan ibuku repot. Sampai di tempat di pintu awal ada seorang bapak bertanya padaku dan langsung menawarkan untuk lewat jalur cepat. Aku bingung dengan sistemnya, kemudian aku menolak permintaan bapak tersebut. Aku memilih mengantre untuk disidang, di sela-sela antrean yang banyak ada informasi di speaker tentang denda yang haru dibayar sesuai pelanggaran yang telah dilakukan. Ketika ku sedang memasuki ruang sidang, ternyata bayar dendanya tidak sesuai dengan yang diiformasikan lewat speaker, dendanya di tambah tambah lagi Rp. 2000,-.
      Banyak kisah polisi salam tempel dengan orang yang melanggar lalu lintas yang pernah kujumpai, karena ceritanya sangat panjang dan membutuhkan waktu yang lama untuk menulisnya jadi belum sempat ku tulis. Pesan buat Pak Polisi: “Bekerjalah secara jujur, adil,  dan ramah. Jangan mau atau meminta salam tempel dari orang yang kena tilang ya... Nafkailah keluarga anda dengan uang halal 

3.      Parkir di Taman Rekreasi
 Taman rekreasi merupakan tempat wisata yang digemari adiku yang berumur 5 tahun. Ketika hari Minggu, adik menangis meminta untuk dianter ke Taman Rekreasi. Waktu memasuki tempat parkir, ada tukang parkir menarik uang parkir Rp. 2000,-, aku langsung menyangkal karena biasanya Rp. 1.000,-, tukang parkirnya pun marah, dan bilang kalau hari Libur tarifnya beda. Aku pasrah dan kemudian menuju ke loket pembayaran masuk. Aku pun terkejut lagi, ketika melihat tulisan biaya masuk lokasi  tertulis diatas kertas yang menutupi label tulisan asli biaya masuk yang ditulis secara permanen.
          Di hari lain dan di tempat yang sama juga ketika parkir aku ditarik Rp. 1500,- dengan seorang lelaki tidak memakai seragam. Aku sempat membaca didepan di tulis undang-undang tentang biaya parkir, waktu itu biayanya adalah Rp. 1000,-.  Setelah aku duduk-duduk  dan melakukan pengamatan, ternyata yang menarik biaya parkir tadi adalah pendagang Pentol, sementara petugas parkirnya duduk leyeh-leyeh...

4.      Anak Korupsi Biaya pendidikan
Aku berasal dari keluarga yang berkecukupan, bapaku seorang petani dan ibuku seorang pedagang sayur di pasar. Betapa besar perjuangan kedua orang tuaku untuk menyekolahkan anak-anaknya. Betapa besar juga perjuanganku untuk menuntut ilmu dengan uang saku pas-pasan dan bahkan tidak mendapatkan uang saku. Di masa MTs aku juga pernah mengayuh sepedah dengan jarak 25 km pulang pergi.
Alhamdulillah aku bisa melanjutkan kuliah dengan doa dan jerih payah kedua orang tuaku. Aku melihat penampilan temanku menarik dan bajunya bagus-bagus. Sementara aku berpenampilan apa adanya, dan baju yang aku buat kuliah hanya itu-itu saja. Bagiku penampilan yang bagus itu adalah yang sopan dan rapi. Ternyata banyak juga temanku yang korupsi uang orang tuanya. Mereka meminta uang biaya kuliah yang lebih, biasanya dengan mengetik sendiri rincian biaya kuliah yang tidak sesuai dengan rincian biaya dari kampus kemudian lembaran hasil ketikan itu diserahkan kepada orang tuanya. Hasil korupsi  dari orang tuanya itu biasanya digunakan untuk shophing dan makan-makan.
Waktu ku kelompokan mengerjakan tugas dirumah temanku, aku sudah dibilangin kalau ditanya ibunya tentang bayar kuliah suruh bilang bayarnya 2 juta, padahal waktu itu bayarnya hanya 1 juta seratus ribu saja. Dan ternyata benar, ibunya bertanya kepadaku tentang biaya kuliah, aku pun tidak bisa menjawab, aku hanya bisa tersenyum dan tak bisa berkata..

5.      Botoan
Botoan merupakan tradisi yang sering dilakukan sebagian orang ketika ada pilihan pamong, lurah atau pun bupati. Tempat perhitungan suara selalu ramai dengan orang yang tidak aku kenal. Ternyata orang tersebut dari luar daerah yang melakukan botoan didaerahku ketika pilihan kepala desa dulu. Botoan adalah taruhan tentang jagoan(calon kepala desa) yang mereka dukung. Bla jagoanya menang maka dia akan mendapatkan uang begitupun sebaliknya bila jagoanya kalah maka dia akan kehilangan uang.
Sistemnya seperti ini, orang yang taruhan itu menyuruh orang untuk menyebar amplop ke seluruh masyarakat yang akan memilih. Amlopnya itu berisi uang dan tulisan atas nama si jagoanya. Jadi intinya yang mengirim uang ke masyarakat itu bukan langsung dari calon pemimpinya tetapi dari orang yang taruhan. Banyak masyrakat yang tergiur dengan amplop yang isinya banyak. Masyarakat akan memilih sesuai dengan isi amplop yang banyak, masyarakat pun juga mendapat ancaman jika jagoanya orang yang taruhan tadi kalah maka uang yang ada di amplop itu di ambil lagi sama orang yang ikut taruhan tadi.
Kejadian suap-menyuap tentan pemilihan Pemimpin ini banyak dan sering terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia. Aku pun juga pernah di kasih amplop sama calon pemimpinya langsung, mau nolak juga gak enak takut yang ngasih kecewa dan sakit hati ya jadinya aku terima.. hehehe. Tapi aku tidak berani membelikan makanan biasanya aku belikan barang. Dan aku niati bukan uang suapan tapi sedekah dari si calon tadi, saat memilih aku pun memilih bukan karena uang tapi karena naluri dari hatiku....



Baca juga informasi yang bermanfaat tersedia di: 
Website resmi Nahdlatul Ulama www.nu.or.id   
Media Muslim Terbaik www.muslimedianews.com
      Media dakwah Islam terdepan www.cyberdakwah.com
      Info & belajar Islam terkini www.islam-institute.com
      Searh Engine Islam Tepercaya www.aswajanu.com