Pada suatu hari, aku transit di masjid dekat terminal bus terbesar di Asia Tenggara. Aku
istirahat duduk-duduk di serambi masjid. Di situ aku merasa canggung, karena
ada anak laki-laki yang melihat aku terus. “Apa ada yang aneh ya dengan wajahku?”
batinku.. terus aku melihat wajah aku di kaca jendela masjid yang ada
dibelakang aku, sebuah kaca yang tak begitu jelas memantulkan bayangan wajahku,
hanya terlihat samar-samar, “Hmm, wajahku biasa-biasa aja gak ada yang aneh
atau menarik”. Batinku lagi… Pandangan laki-laki itu ganti teralihkan ke hewan
semut yang ukurannya agak besar, dia terlihat ceria dan tanganya mengejar semut
itu dia sedang bermain dengan semut itu. Sekarang ganti aku yang memandang anak
laki-laki itu, anak laki-laki itu sekitar berumur 9 tahunan, bersih, memakai
kaos dan celana pendek. Disampingnya ada Bapak-bapak dan Mas-mas, yang
tiba-tiba memberikan sebungkus Wafer, aku mengira itu adalah keluarganya, tapi
ternyata bukan. Ketika aku berjalan meninggalkan masjid tiba-tiba adzan ‘Ashra
berkumandang, di dekat pintu gerbang masjid rasanya seperti ada yang
menghentikan langkah kakiku dan aku langsung menoleh ke belakang melihat anak
itu, dia berjalan ngesot menuju kresek berwarna hitam yang letaknya sekitar 2
meter dari tempatnya. Dia tersenyum dengan menampakkan giginya, mengambil baju
koko di dalam kresek dan tanpa melepas kaos yang dia pakai dia langsung memakai
baju koko itu di tempat. Baju kokonya berwarna biru muda dan terlihat bermerk dan
berkualitas, namun pada celananya bagian pantanya terlihat lusuh berdebu..
Tiba-tiba air mataku menetes.. ternyata anak itu tadi lumpuh, dia tidak bisa
berjalan, dan yang membuatku terharu adalah dia begitu langsung bergegas
memenuhi panggilan adzan dengan wajah ceria, iya wajah ceria.. Subhanalloh..
Aku dibuat malu dengan anak kecil itu, aku masih sering merasa males, suka
menunda-nunda, bahkan senyuman pun tak ada ketika adzan berkumandang..
Minggu, 07 Juni 2015
DUA ANAK TIDAK CUKUP
Pasti bakalan kena protes nih
karena udah menentang program pemerintah tentang Keluarga Berencana alias
program KB. Ya… sebagai warga negara baik, gue gak akan searnakis itu.. ini
adalah sebuah tulisan yang pengen gue tulis begitu aja tanpa ada maksud apa-apa,
ya… karena gue suka nulis gitu aja, ya… tapi walaupun gue gak punya bakat, ya….
yang penting gue nulis, ya… gue akan nulis tentang slogan yang gue buat yaitu
“Dua Anak tidak Cukup”. Santai saja bukan termasuk dalam program KB kog, tapi
gue menyebutnya program KB-ANAK, yang kepanjangannya Kegiatan Belajar “Ayo
Ngaji Anak-anak Kusayang”.. Seperti itu….. *gak nyambung*
TPA merupakan salah satu tempat
untuk anak-anak belajar mengaji, dari mengaji Iqro’, Al-Qur’an, Tajwid, Fiqih,
Akhlak dan lain sebagainya. Banyak anak-anak TK maupun SD pada sore menuntut
ilmu di TPA. Mereka sangat semangat, pagi sekolah di umum dan setelah dzhuhur
atau sore pergi mengaji,, Luar Biasa, semangatnya itu loh.. Namun kebanyakan
setelah lulus SD sebagian dari mereka berhenti untuk tidak mengaji di TPA
lagi.. sebenarnya anak SMP itu masih anak-anak kog, jadi pantes saja kalau
ikutan program KB-ANAK.. Anak SMA juga masih anak-anak kog.. Sepertiya gue juga
masih anak-anak kog…
Ya, ini berdasarkan tanya-tanya
dan pengamatan:
Alasan masih mau mengaji di TPA:
-
Ilmu agama sangat penting
-
Ada teman
-
Di suruh ortu
-
Di ajak ustadz
Alasan gak mau mengaji di TPA:
-
Gensi ngaji ama anak SD
-
Males
-
Malu gak bisa ngaji
-
Ikut ekstra di sekolahan
-
Les
-
Jadul
Gue kagum melihat anak-anak
kecil yang semangat mengaji di TPA. Melihat melafalkan Al-Qur’an terbata-bata,
ada yang takut, ada yang nangis di marahin ustadznya *haha, mirip gue dulu*,
ada yang sulit gak bisa baca, dan ada yang lancar jaya. Terus dari segi
sosialnya, mereka juga sangat ceria, bisa bermain, berlari-larian saling kejar
mengejar, dan ada yang saling berantem, ada yang gigit-gitan sampai nangis. Masih
banyak lagi cara anak-anak bersosialisasi yang sangat mengagumkan jika di amati.
Ya itu adalah sebuah dunia anak-anak yang harus dipupuk dan dikembangkan dengan
ajaran yang baik. Gak semua anak-anak bisa menerima ilmu dengan baik, karena
memiliki kemampuan yang berbeda apalagi masih anak kecil belum mampu berfikir
untuk memahami secara mendalam.
Gue sendiri termasuk dalam anak
yang sulit untuk menangkap ilmu yang diajarkan oleh ustadz.. waktu di TPA dulu
gue bener-bener bodoh, ilmu tajwid sering dipelajari tapi gak paham belas. Setelah
lulus SD gue gak mau ngelanjutin sekolah di SMP, gue pengenya di MTs. MTs nya
ternyata di dekat rumah gak ada, akhirnya gue merantau di pondok. Di pondok gue
pun juga bodoh, waktu ulangan sering dapet nilai jelek, ilmu tajwid dapet nilai
0 (NOL) huft, bener-bener payah gue. Iya itu adalah sebuah usaha, walaupun
sulit untuk menerima ilmu tapi harus tetap semangat belajar. Alhamdulillah
dalam diri gue selalu ada semangat, waktu libur sekolah umum gue ada di kamar
sendirian, tidur-tiduran sambil hafalan nadzoman, dan gue juga baca-baca buku
tajwid tapi bukan dalam bentuk kitab pegon, yang gue baca buku tajwid
terjemahan, dari baca-baca sendiri itulah gue mulai mengeti ilmu tajwid. Mungkin
selama itu gue belum bisa menangkap ilmu yang dijelaskan oleh ustadz, ya tapi
dengan selalu ta’dzim, mendengar dan memperhatikan ustadz menjelaskan, maka
ilmu juga akan bisa diterima. oke lanjut ke topik awal, next….
Walaupun gak bisa menerima ilmu
dengan banyak, jika pernah di TPA minimal mereka akan selalu ingat “dulu
waktu kecil aku pernah mengaji”, dan itu bisa di jadikan pedoman ketika
sudah menjadi anak besar. “Aku ingin lanjut mengaji lagi aku pengen bisa”, ataukah
“Aku kangen masa kecilku di TPA”, ataukah “dulu aku bisa mengaji kog sekarang
gak bisa ya”, ataukah “Ah, kenangan masa lalu, sekarang aku ingin sukses, gak
ada waktu buat mengaji”, ataukah “Ayo anakku ngaji di TPA, mama dulu juga ngaji
di TPA loh”, ataukah “Aku ingin tobat, dulu aku kan pernah di TPA sekarang aku
pengen mengaji lagi”, dan lain sebagainya, yang penting bisa di jadikan
pedoman.
Anak-anak kecil adalah anak yang
lucu dan polos, seneng gitu melihat generasi kecil semangat dan ceria ada di
TPA. Melihat wajahnya seperti ada sebuah potensi pada diri mereka yang harus di
kembangkan biar bisa menjadi anak yang beguna bagi agama dan bangsa. Jadi tidak
cukup kalau dua anak saja yang ikut program KB-ANAK, gue akan kampanye lagi.. Ayo!
“Dua Anak tidak Cukup” ayo anak-anak Indonesia ikutan program KB-ANAK,,,,, AKU
BANGGA JADI ANAK INDONESIA… begitulah kira-kira… Cukup sekian tulisan yang gue
pengen tulis begitu aja..
SUARA TEROMPET
Wah, lagi heboh-hebohnya berita
suara terompet sangkakala di Jerman ya. Gue dulu juga pernah heboh sendiri ama
suara terompet. Waktu itu adalah hari Jum’at gue sedang mandi Jum’at. Baru aja
naruh sampo di rambut, tiba-tiba gue mendengar suara yang sangat keras dan
bising banget. Gue langsung deg-degan banget, biasa keparnoan gue langsung
muncul, “Apa itu suara kapal terbang, tapi kog suaranya gini, gak kayak
biasanya, wah ini kan hari Jum’at apa jangan-jangan itu suara terompet
sangkakala” batin gue sambil cemas. Suaranya pun semakin kuat mendekat ke rumah
gue, gue kebingungan sendiri langsung bilas rambut gak begitu bersih dan
langsung pakai baju. Gue langsung keluar rumah. Ternyata itu tadi adalah suara
semprotan nyamuk alias fogging, iya dari kecil memang agak phobia ama suara itu
selalu merinding.
Langganan:
Postingan (Atom)